DARIACEH: Sulit bagi Belanda memahami watak orang Aceh. Invasi kedua terhadap mereka pada Mei 1873 telah memaksa Belanda menurunkan kekuatan penuh untuk melawan orang Aceh. Bahkan dengan mengikut sertakan 243 perempuan. Termasuk perempuan perawan dan belum menikah.
Tidak tanggung-tanggung, Belanda membawa 12.101 orang untuk menginvasi Aceh. Lengkap dengan berbagai peran yang akan mereka jalankan masing-masing. Kekuatan besar ini mereka ambil setelah mempelajari tekad perjuangan dan watak orang Aceh.
Selain perempuan, Belanda mengirim 389 perwira, 7.888 prajurit, 16 sipil, 32 perwira dokter, dan 3.565 tahanan.
Dahsyatnya perang Aceh-Belanda, melansir buku Aceh Sepanjang Abad, karya wartawan pejuang H. Mohammad Said, akhirnya membawa Times untuk mengutus seorang wartawan perangnya ke Aceh.
Salah satu fokus liputan wartawan perang Times adalah mempelajari dan menulis tentang watak orang Aceh.
More coverage:
Mengupas Kembali Peutuah Abu Tumin tentang Malakat Kana Lam Jaroe…
Times adalah sebuah media terkemuka yang berkedudukan di Inggris.
Restu Inggris
Walau awalnya memberi lampu hijau kepada Belanda untuk mencaplok Aceh, Pemerintah di London-Inggris akhirnya menyimpan kemarahan besar terhadap serangan Belanda tersebut.
Lord Stanley, Menteri Luar Negeri Inggris malah mengancam untuk ‘membuka kartu.’ Dia mengatakan bahwa Inggris telah ikut menelan kerugian besar akibat perang Aceh.
Sebelumnya, berdasarkan perjanjian 1871, Inggris tidak menghalangi Belanda menyerang Aceh. Tetapi, sebagai gantinya, Inggris memperoleh keleluasaan untuk berniaga di Sumatera bagian Utara.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Akibat Belanda mengepung pantai Aceh, ekspor-impor terhenti. Bahkan, para saudagar asal Penang dan Singapura sampai kehilangan pasar.
Padahal, kerjasama perdagangan Inggris dengan Penang-Singapura sedang meningkat.
Media-media Belanda dan Inggris, tidak hanya Times, Mornign Post juga malah memberitakan bahwa orang Aceh sebenarnya adalah sahabat Inggris yang sudah lama dan memiliki watak dan sifat setia.
Morning Post juga mengkritik sikap Inggris. Padahal, orang-orang Aceh telah meminta bantuan mereka saat sedang mengalami kesulitan.
“Bukan menolong, malah kita (Inggris, Red) cegah Aceh mendapat kemungkinan bantuan dari negara-negara lain,” tulis Morning Post.
Pemberitaan Times
Times menggambarkan bahwa Belanda telah mendapat lawan yang seimbang. Musuh yang belum pernah mereka temukan sebelumnya di seluruh Samudera ini.
“Satu-satunya kekurangan Aceh adalah sistem persenjataan,” tulis Times.
Kuatnya karakteristik, watak, dan kekuatan orang Aceh, menurut Times, melebihi kekuatan yang Inggris temui di Afrika Barat.
Para pejuang Aceh memiliki kekuatan dan strategi perang. Tidak mudah bagi Belanda untuk merebut wilayah kekuasaan Aceh.
“Bila pejuang Aceh memiliki persenjataan yang seimbang, pasti Belanda tidak mampu menduduki wilayah Aceh,” lanjut Times.
Namun, tetap saja, seandainya perang berlangsung satu lawan satu, Times menggambarkan akan sulit bagi Belanda melawan kegigihan dan keuletan pejuang Aceh.
“Maka, jelas betapa berat beban yang harus Belanda pikul,” tulis Times lagi.
More Coverage:
Banda Aceh Tahun 1621 Dalam Gambaran Laksamana Perancis
Watak Orang Aceh
Menurut Times, rakyat Aceh adalah tipe orang dengan watak yang sangat tabah dan memiliki tekad luar biasa. Malah lebih memilih tewas (syahid) saat-saat detik akhir ketimbang tunduk pada penjajah (kafir) Belanda.
Kegigihan itu akhirnya tersiar ke luar Aceh. Negara-negara lain lalu menyimpulkan bahwa Belanda tidak mampu mencapai hasil yang mereka ingin dengan menginvasi Aceh.
Dapatkan update artikel pilihan dan breaking news Dariaceh.com. Mari bergabung dalam Instagram “dariacehcom” dengan mengklik link instagram.com/dariacehcom, lalu follow. Bisa juga bergabung ke laman Facebook “Dariaceh.com” dengan cara klik link facebook.com/Dariacehcom, kemudian ikuti.