DARIACEH: Dialog antara Sultan Iskandar Muda dengan Putroe Phang ini berawal dari kesedihan Sultan Iskandar Muda melihat kesedihan dua perempuan yang sangat ia sayangi.
Keduanya adalah Putroe Phang dan Putri Jeumpa, adik perempuan kesayangan Sultan. Tetapi mara Sultan ke Malaka lebih dari alasan itu. Ia ingin mempertahankan Malaka dari penguasaan Portugis.
Sultan merasa sedih dan kecewa karena Sultan Abdullah Ma’yat Syah mengirim pulang Putri Jeumpa.
Baca juga: Kisah Cinta Ratu Safiatuddin dan Tsani di Kerajaan Aceh
Pada waktu itu, mengutip buku Aceh Sepanjang Abad: jilid I, karya wartawan pejuang, H. Mohammad Said (2007), tahun 1613, Sultan Iskandar Muda sendiri yang memandu ikrar Sultan Abdullah Ma’yat Syah sebagai Sultan Johor.
Bahkan Sultan Iskandar Muda juga menikahkan adiknya dengan Abdullah Ma’yat Syah.
Tidak hanya itu, Sultan juga memberikan otonomi khusus kepada Johor. Dimana pemerintahan dalam negeri berjalan seperti biasa, kecuali hubungan luar negeri dan perdagangan.
Bahkan di dalam beberapa literatur sejarah menyebutkan, pernikahan adiknya Putri Jeumpa dengan Sultan Abdullah Ma’yat Syah berlangsung di Balai Rung Sari.
Saat itu hadir Ulee Balang Peut dan Lapan, serta tujuh orang alim ulama. Lalu 173 wakil rakyat dan 73 wakil mukim.
2000 Rakyat Aceh Berangkat ke Johor
Sultan juga menggelar upacara penghormatan saat melepas keberangkatan mereka kembali ke Johor. Bersama Sultan Abdullah Ma’yat Syah dan Putri Jeumpa, juga ikut Orang Kaya Raja Lelawangsa sebagai kepala badan pengawas di Johor.
Mereka berangkat ke Johor akhir tahun 1613. Saat itu Sultan Iskandar Muda mengirim 30 kapal yang mengangkut berbagai peralatan, barang-barang lainnya.
Disisi lain, bersama 30 kapal itu juga ikut serta 2000 rakyat Aceh untuk membangun kembali benteng dan Batu Sawar, ibukota Johor.
Baca juga: Tekanan Politik & Terbakarnya Istana Kerajaan Aceh
Beberapa kali Sultan Abdullah Ma’yat Syah sebenarnya telah menunjukkan kesetiaannya peda Kerajaan Aceh. Bahkan ia menolak permintaan utusan Belanda, Andriaen van der Dussen yang datang ke Batu Sawar pada 24 Agustus 1614.
Saat itu Dussen meminta sepetak tanah untuk dijadikan benteng dan diizinkan mengibar bendera Kerajaan Belanda di tempat itu.
Sultan Abdullah Ma’yat Syah bahkan hadir di Pedir pada dua upacara penyambutan kapal asal Inggris. April 1615 saat kapal Hector tiba dan 28 Juni 1615 ketika kapal Thomas merapat di pesisir Pedir.
Beberapa sumber menyebutkan, pada Juli 1615 Masehi, Sultan Alau’ddin Syah II datang ke Batu Sawar bersama Portugis. Ia datang bersama 10 kapal perang besar yang didatangkan dari Filipina. Pemimpin kapal itu adalah Gubernur Manila Dom Jaoa Da Silva.
Muncul dugaan Sultan Alau’ddin Syah II adalah Si Ujud dalam dialog Sultan Iskandar Muda-Putroe Phang.
Dialog Sultan Iskandar Muda-Putroe Phang
Peuteukeudi bak uroe nyoe
Neuhei kamoe Putroe hina
[Apa gerangan hari ini
Memanggil kami Putri hina]
Nyang keumeuhei tuan Putroe
Hajat peugah drop ubak gata
Adak na untong ubak Allah
Hajat meulangkah u Djuhoo Lama
Meungna Allah bri umu lanjut
Kuseutet Si Ujud malee jiba
[Maksud memanggil tuan Putri
Berhajat kepada engkau
Kalau Allah memberi jalan
Hendak melangkah ke Johor
Allah yang memberi umur panjang
Hendak Kakanda susul Si Ujud yang membuat malu]
Ie mata ro that meualon
Ban ujeun tren di udara
Baro uroe nyoe tamupakat
[Air mata Adinda mengalir
Seperti hujan turun dari langit
Kenapa sekarang baru bermusyawarah]
Meusampee that Putroe hina
Adak tuanku neubeurangkat
Neukubah pat Putroe hina
Meung goh meupat long neukubah
Karena Allah han kubri bungka
Pat tuanku long neukubah
Deelat lupah prang Malaka
Ampon tuanku Deelat Meukatoe
Kumat dijaroe bek tabungka
Meung han mupat neukubah kamoe
Aceh rugoe Po Meukuta
[Sepertinya benar sudah
Jika Kakanda berangkat
Tinggallah di sini Putri hina
Belum juga tau di mana Adinda berada
Karena Allah tiada suka bagi yang menyia-nyiakan perempuan
Jadi dimana tuanku meninggalkan Adinda
Daulat nanti setelah perang Malaka
Mohon maaf tuanku Daulat Meukuta
Adinda pegang erat di tangan agar tidak sia-sia
Seandainya tidak jelas di mana tuanku tinggalkan kami
Aceh dalam kerugian wahai Meukuta]
Raja silahan ade raya
Gata kupujok putroe bak Allah
Sinan kukeubah jeut-jeut masa
Gata kupujok Putroe bak tuhan
Roh awai phon judo kueh keu gata
Gata taduek lam meuligoe
Tuhan sidroe nyang peulara
[Raja manusia adillah sangat
Kakanda titip Adinda kepada Allah
Disaat awal kita berjodoh
Adinda berdiam diri di rumah
Hanya Allah jualah yang memelihara]
Putroe jeunulang ahli bicara
Meunyoe neupeujok long bak Allah
Han kutheun langkah bah le neubungka
Adak neujok bak soe laen
Dilon han kutem Po Meukuta
That bit raghoe bijaksana
Adak tuanku jadeh berangkat
Putroe jak intat oh mieng kuala
[Putri lah ini ahli bicara
Kalau memang tuanku menitipkan Adinda kepada Allah
Tiadalah Adinda menahan langkah agar semuanya tidak sia-sia
Seandainyapun Kakanda menitipkan Adinda kepada yang lain
Adinda tiadalah mau jua wahai Meukuta
Cukuplah bijaksana
Seandainya tuanku jadi berangkat
Adinda berkenan mengantar hingga ke pelabuhan]
Bek hai Putroe susah gata
Bek taintat Po Sambinoe
Taduek keudroe lam astana.
[Janganlah Putri bersusah hati
Tidaklah Putri Sambinoe perlu antar
Berdiam diri saja di istana]
***