DARIACEH: Belanda memulai invasi ke-1 ke daratan Aceh pada 1 April 1873. Ditandai dengan pengumuman “Pernyataan Perang” oleh Belanda.
Sebelum perang pecah, Belanda gencar mengancam. Aceh membalasnya dengan bahasa diplomasi. Kadang datar. Komunikasi kedua belah pihak yang sedang berseteru itu menggunakan media surat-menyurat. Dihantar orang kepercayaan masing-masing.
Saat surat-menyurat itu terjadi, kapal perang Citadel van Antwerpen milik Belanda sudah berlabuh di perairan Aceh Besar. Wakil Presiden Hindia Belanda Jenderal Frederik Nicolass Nieuwenhuijzen menandatangani surat-surat tersebut mewakili Kerajaan Belanda.
More Coverage:
Turki Simpan 154 Korespondensi Aceh-Utsmaniyah, Apa Saja Isinya?
Pada awal pecahnya perang Aceh-Belanda, Sultan Alaidin Mahmudsyah memimpin Kerajaan Aceh.
“… dalam surat itu Sri Paduka sahabat menyatakan tidak senang melihat rakyat Aceh mondar-mandir di pantai dengan bersenjata. Janganlah Sri Paduka sahabat salah paham. Ini sudah menjadi kebiasaan orang Aceh. …kami tidak menghendaki peperangan. Keinginan kami hanyalah bersahabat.”
Ini adalah surat bertanggal 26 Maret 1873, bertepatan dengan hari Rabu, 26 Muharram 1290 hijriyah. Sultan Aceh menandatangani sendiri surat tersebut.
Sebelumnya, Kerajaan Belanda juga telah terlebih dahulu mengirim surat ke Kerajaan Aceh. Mereka meminta untuk mengakui kedaulatan Sri Paduka Raja Belanda terhadap Aceh.
Surat itu lalu dibalas kembali oleh Nieuwenhuijzen.
“…sama seperti Sri Paduka Sultan, saya juga tidak ingin berperang. Tetapi cara Aceh bersikap terhadap Gubernemen Hindia Belanda tidaklah bersahabat. Satu-satunya jalan agar tidak terjadinya perang Sri Paduka Sultan mengakui saja kedaulatan Kerajaan Belanda atas Aceh. …saya beri waktu sampai Sabtu siang, 29 Maret 1873.
…beberapa hari lagi, selain kapal perang yang sudah ada di sini, juga akan datang kekuatan bersenjata yang sangat hebat dari Batavia.
Saya peringatkan Sri Paduka Sultan. Penyerangan ini hanya akan dapat saya tangguhkan jika Sri Paduka Sultan membersihkan pantai dari penduduk bersenjata. Begitu juga aktivitas di benteng-benteng pertahanan dan tidak membangun benteng baru.”
Nieuwenhuijzen menandatangani surat tersebut tanggal 27 Maret 2022.
Lebeh Muhammad utusan Aceh
Sultan hanya membalas datar surat Nieuwenhuijzen. Beliau menulis, “Kami sampaikan harapan dengan sungguh-sungguh agar Kerajaan Belanda tidak menyerang negeri kami. …sudikiranya sahabat kami menyerahkan jawaban surat ini kepada pengantar, Lebeh Muhammad.”
Sultan sama sekali tidak memperdulikan ancaman Nieuwenhuijzen untuk membersihkan pantai dari penduduk bersenjata. Bagi Sultan hal itu hanya akan melemahkan negosiasi dan mempermudah Belanda menyerang Aceh.
Masih dari atas kapal perang Citadel van Antwerpen, tanggal 30 Maret 1873, Nieuwenhuijzen membalas lagi surat tersebut.
More Coverage:
Pendapat Media Inggris, Times Tentang Watak Orang Aceh
Nieuwenhuijzen menulis, “Tidak jelas bagi saya apa yang Sultan maksud. Untuk itu saya minta kembali dengan tegas apakah Sultan bersedia mengakui kedaulatan Sri Paduka Raja Belanda atas Kerajaan Aceh.”
Ia lalu melanjutkan, “Tergantung dari isi surat ini, baru saya bisa menentukan sikap. Apakah bisa menghentikan upaya penyerangan atau tidak.”
“Saya juga ingin memberitahu Sultan bahwa angkatan perang yang paling besar akan segera tiba di sini. Kalau Sultan ingin menghindari perang, jangan menunggu terlalu lama membalas surat ini.”
Sultan baru membalas surat tersebut esok hari. Tanggal 1 April 1873. Sultan Alaidin Mahmudsyah menulis, “Kami sangat paham isi surat yang gubernemen Belanda kirim. …kami ingin kembali mengemukakan bahwa di pihak kami tidak ada niat sedikitpun untuk mengubah persahabatan yang sudah terjalin. Kami hanyalah seorang miskin yang tunduk dan hanya menghambakan diri kepada Allah Subhanahuwa ta’ala. Akhirulkalam, sampaikan salam kepada tuan-tuan sekalian.”
Surat ini memantik amarah besar Gubernemen Hindia Belanda. Mereka menyebut Aceh tidak patuh.
Sultan telah menegaskan kembali bahwa Aceh hanya tunduk pada kekuasaan Allah Subhanahuwa ta’ala.
Tidak menunggu lama lagi, pada 1 April 1873 tersebut, Belanda lalu memutuskan untuk mengumumkan “Pernyataan Perang.” Pernyataan itu sendiri sebenarnya telah mereka rumuskan dan tandatangani sejak 26 Maret 1873.
Dapatkan update artikel pilihan dan breaking news Dariaceh.com. Mari bergabung dalam Instagram “dariacehcom” dengan mengklik link instagram.com/dariacehcom, lalu follow. Bisa juga bergabung ke laman Facebook “Dariaceh.com” dengan cara klik link facebook.com/Dariacehcom, kemudian ikuti.